Jumat, 25 Januari 2019

Mengenal Kata berimbuhan (Afiks)


Kata berimbuhan sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari saat kita berkomunikasi sehingga sudah tidak asing lagi. Imbuhan (afiks) adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata, baik di awal, tengah, akhir, maupun gabungan di antara tiga imbuhan itu untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata pertama. Kata berimbuhan merupakan kata yang telah mengalami proses pengimbuhan atau afiksasi.

Contoh kata: "Minum" mendapat imbuhan -an berubah menjadi "Minuman"
                      "Makan" mendapat imbuhan -an berubah menjadi "Maknan"

Jenis kata di atas mengalami perubahan dari kata kerja menjadi kata benda.

Afiks sendiri menurut posisinya menjadi terbagi empat, yakni:
1. Awalan (prefiks)
contoh: men-, ber-, ter-, di-, pen-, per-, se-
2. Sisipan (infiks)
contoh: -el, -em, -er, -e, dan -in
3. Akhiran (sufiks)
contoh: -kan, -an, -i, dan -nya
4. Konfliks (simulfiks) pemakaian awalan dan akhiran sekaligus
contoh: ke-an, per-an, ber-an, se-nya

Namun, kali ini kita akan hanya akan fokus  membahas mengenai prefiks (awalan).

1. Awalan men
Imbuhan meN jika ditambahkan pada kata dasar berfonem awal vokal, /J/, /k/, /h/, /g/, /kh/ berubah menjadi meng contoh:
a. men + ambil             = mengambil
b. men + kalah             = mengalah
c. men + khawatirkan  = mengkhawatirkan

2. Awalan ber
a. Jika diikuti kata dasar yang berawalan huruf /r/ atau suku pertamanya berakhiran /er/ maka ber berubah menjadi be
contoh: bekerja dan beramal

b. Jika diikuti kata dasar ajar maka berubah menjadi bel 
contoh: belajar

c.Jika diikuti kata dasar selain kata dasar di atas maka ber tetap dan tidak berubah.
contoh: berlari

Makna yang terkandung pada awalan ber
a. mempunyai: beristri, beranak
b. Menggunakan : berseragam, bersepatu
c. Mengeluarkan : bertelur, berkata
d. Menyatakan sikap atau mental : berbahagi, bersenang-senang,
e. Dalam jumlah : berdua, berempat

3. Awalan ter
    Imbuhan ter memiliki makna sebagai berikut:
a. Sudah di atau dapat di: terbuka, dan tertutup.
b. Ketidaksengajaan : terbawa, tertidur
c. Tiba-tiba : terjatuh, terlonjak
d. Paling : ternyaman, terindah, tercantik

4. Awalan di
    Awalan di memiliki makna sebagai suatu perbuatan pasif.
contoh: dibaca, ditulis, dijual, dll.
Sementara apabila di diikuti kata yang menunjukkan tempat maka harus dipisah.
contoh: Di kampus, di belakang, di pohon, di hati

5. Awalan pen
Imbuhan yang merupakan salah satu awalan yang produktif.
a. Menyatakan yang melakukan perbuatan : penulis.
b. Menyatakan pekerjaan : pengajar, pendidik.
c. Menyatakan alat : penghapus, penggaris.
d. Menyatakan sifat: penyabar, penyayang.
e. Menyatakan penyebab : pemanis, pemutih.

6. Awalan per
a. Imbuhan per berubah menjadi pe apabila ditambahkan kata dasar yang berawalan /r/
contoh: per + ringan = peringan
b. Imbuhan per berubah menjadi pe apabila tersusun dari huruf-huruf berikut ini:
a.) huruf ke-1 adalah konsonan
b.) huruf ke-2 dan ke-3 adalah /er/
c.) huruf ke-4 adalah konsonan
contoh : per + ternak + an = peternakan
pe + kerja + an = pekerjaan

7. Awalan se
Imbuhan ini mengalami variasi makna, seperti berikut ini"
a. Satu : sebuah, sebutir, seekor
b. Seluruh: serumah, sekampung, sekompleks
c. Sama-sama = sepermainan, seusia, seperjuangan
d. Menyatakan waktu : sesudah, sebelum, selagi

Baik, demikian artikel tentang kata berimbuhan kali ini.
Semoga bermanfaat.


Selasa, 22 Januari 2019

Daftar Kosakata yang Seringkali Tidak Tepat.



Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa ibu bagi negara ini. Bahasa yang sering kita gunakan setiap hari, baik digunakan pada saat menulis maupun pada saat berkomunikasi secara langsung. Namun, meskipun begitu faktanya masih banyak masyarakat indonesia sendiri yang salah mengeja. Entah karena kurang memperhatikan tentang kebenaran hal ini atau mungkin sudah mengetahuinya, tapi tetap tidak dihiraukan karena virus "terbiasa".

Rasanya sangat disayangkan, saat orang luar negeri begitu antusias untuk mempelajari bahasa indonesia, sementara kita warga negara indonesia sendiri tidak peduli akan hal itu. Mungkin banyak yang berpikir asal komunikasi bisa berjalan dengan baik, maka tidak perlu memedulikan benar atau tidaknya. Tapi, tentu saja pemikiran seperti itu tidak baik, karena tanpa kita sadari apabila masyarakat terus-terusan menggunakan kebiasaan seperti itu tidak menutup kemungkinan orang lain akan mengikuti jejaknya. Wah, bisa malu kalau kita bertemu dengan orang luar yang lebih tahu tentang bahasa kita daripada kita sendiri.

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai kosakata yang seringkali digunakan. namun, tidak tepat. Mungkin sudah banyak yang  penasaran kosakata apa saja yang seringkali tidak tepat. Baik di bawah ini akan kita uraikan. Silakan cek sendiri, yah, apakah kita sudah menggunakan kosakata yang tepat atau belum.

1. Mushola bentuk tidak baku dari Musala

2. Mesjid bentuk tidak baku dari Masjid

3. Apotik bentuk tidak baku dari Apotek

4. Bis bentuk tidak baku dari Bus

5.Goa bentuk tidak baku dari Gua

6. Oase bentuk tidak baku dari Oasis

7. Silahkan bentuk tidak baku dari Silakan

8. Qur'an yang benar adalah Quran

9. Jum'at yang benar adalah Jumat

10. Ramadhan  bentuk tidak baku dari Ramadan

11. Adzan bentuk tidak baku dari Azan

12. Dzikir bentuk tidak baku dari Zikir

13. Jaman bentuk tidak baku dari Zaman

14. Antri bentuk tidak baku dari Antre

15. Sekedar bentuk tidak baku dari Sekadar

16. Tau bentuk tidak baku dari Tahu

17. Nafas bentuk tidak baku dari Napas

18. Aktifitas bentuk tidak baku dari Aktivitas

19. Praktek bentuk tidak baku dari Praktik

20. Analisa bentuk tidak baku dari Analisis

21. Nasehat bentuk tidak baku dari Nasihat

22. Resiko bentuk tidak baku dari Risiko

23. Frustasi bentuk tidak baku dari Frustrasi

24. Perduli bentuk tidak baku dari Peduli (Memedulikan)

25. Fikir bentuk tidak baku dari Pikir (Berpikir)

26. Lembab bentuk tidak baku dari Lembap

27. Hembus bentuk tidak baku dari Embus (Berembus)

28. Diagnosa bentuk tidak baku dari Diagnosis

29. Harafiah bentuk tidak baku dari Harfiah

30. Himbau bentuk tidak baku dari Imbau ( Mengimbau)

31. Himpit bentuk tidak baku dari Impit (Mengimpit)

32. Seksama bentuk tidak baku Saksama

33. Terlanjur bentuk tidak baku dari Telanjur

34. Terlantar bantuk tidak baku dari Telantar

35. Respon bentuk tidak baku dari Respons

36. Hutang bentuk tidak baku dari Utang

37. Kaos bentuk tidak baku dari Kaus

38. Jerigen bentuk tidak baku dari Jeriken 

39. Coklat bentuk tidak baku dari Cokelat

40. Politisi yang benar adalah Politikus

41. Musisi yang benar adalah Musikus

42. Karir bentuk tidak baku dari Karier

Baik, sekian pembahasan mengenai kosakata yang tidak tepat kali ini.
Semoga bermanfaat!

Rabu, 09 Januari 2019

Kata Sandang Si dan Sang


Halo, guys. balik lagi di Dunia Sastra.

Harii ini, Dunia Sastra kembali dengan informasi penting yang tentu saja tidak jauh dari sastra dong yah. Kali ini Dunia Sastra akan membahas tentang kata sandang. Untuk kalian yang penasaran dengan kata sandang silakan simak penjelasan di bawah ini.

Kata sandang merupakan suatu kata yang tidak memiliki arti atau bisa dikatakan bahwa kata sandang tidak memiliki makna khusus. Kata sandang ini lebih tepatnya hanya digunakan sebagai penjelas pada suatu kalimat saja. Sementara untuk fungsi penggunaannya, fungsi kata sandang terletak pada makna kata yang berada di belakangnya.

Hal ini dapat kita lihat dalam bahasa Indonesia sendiri, kata sandang memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Membendakan suatu kata atau frase.
    contoh: Yang rajin menabung pasti akan kaya.
                 Yang rajin menabung di sini maksudnya adalah orang-orang yang rajin menabung.
2. Membentuk kata benda atau kata ganti orang.
   contoh: Para hadirin yang terhormat.
                Para hadirin yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang hadir di tempat itu.

Berbicara mengenai kata sandang, kata sandang sendiri ada beberapa jenis. di antaranya yang memiliki jumlah tunggal, menyatakan jumlah kelompok, kata ganti orang atau benda. Nah untuk itu di bawah ini akan kita bahas satu per satu mengenai jenis-jenis kata sandang yang mungkin masih banyak yang tidak mengetahuinya.

1. Kata sandang yang memiliki jumlah tunggal.

a. Sang
   Biasanya digunakan untuk panggilan manusia, benda mati, atau makhluk hidup lainnya yang               bertujuan meninggikan derajat atau bahkan menyindir. Mungkin di antara kata sandang yang kerap     dijumpai atau didengar adalah Sang. Biasanya digunakan untuk menunjukkan Tuhan dan lain-lain.
   contoh: Berdoalah kepada Sang Pencipta.
b. Sri
    Biasanya digunakan sebagai penyandang nama manusia yang memiliki kedudukan lebih tinggi.
    contoh: Sri Sultan Hamengkubuwono
c. Hang
    Biasanya digunakan untuk menghormati seseorang, tetapi pada sastra lama. Sementara                        penggunaannya untuk sekarang sulit untuk ditemui, kecuali pada buku dongeng/sastra lama.
    contoh: Hang Tuah bertemu dengan Hang Jebat.
d. Dang
    Memiliki fungsi yang sama dengan Hang, tapi Dang khusus digunakan untuk wanita.
    contoh: Hang Jebat melamar Dang Shinta.
e. Hyang
   Biasanya digunakan untuk menyebut dewa dan dewi.
   contoh: Umat Hindu menyembah Hyang Widhi
f. Yang
    Biasanya digunakan untuk mengganti nama Tuhan.
   contoh: Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa

2. Kata sandang yang menyatakan jumlah kelompok

 a. Para
     Biasanya digunakan untuk sekelompok manusia.
     contoh: Para jamaah sudah berkumpul di dalam masjid.
b. Umat
    Biasanya digunakan untuk sekelompok manusia yang memiliki kesamaan agama.
    contoh: Umat Islam adalah umat yang mencintai perdamaian.
c. Kaum
    Biasanya digunakan untuk orang-orang yang memiliki pandangan atau ideology sama
    contoh: Kaum wanita adalah kaum yang maha benar,
                 Kaum bangsawan yang menghadiri rapat tentu saja memiliki pendapat dan pandangan                         yang berbeda

3. Kata sandang sebagai penunjuk kata ganti orang/benda yang netral dan seimbang.

a. Si
    Biasanya digunakan untuk mengiringi nama orang, hewan, dan mengubah kata benda menjadi            sifat.
    contoh: Si kancil yang pintar.
b. Yang
    Biasanya digunakan sebagai pembentuk kata benda atau kata yang dikhususkan sebagai kata ganti      orang atau manusia.
    contoh: Yang meninggal itu adalah kekasihnya.
               
Nah itulah penjelasan singkat mengenai kata sandang.
Sekian materi tentang kata sandang pada kali ini.
Semoga bermanfaat.
               

Pengenalan tanda baca Apostrof


Halo, sahabat Dunia Sastra.
Kembali lagi di Blog Dunia Sastra, dunianya para penulis.

Jadi kali ini Dunia Sastra akan membahas tentang salah satu tanda baca.
Kalau berbicara tentang tanda baca, pastinya yang ada di pikiran sobat semua tidak jauh dari tanda koma, tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya, bukan? Namun, sayangnya kali ini Dunia sastra sangat tertarik untuk membahas tanda baca apostrof.

Jika berbicara mengenai tanda apostrof, Sahabat Dunia Sastra sudah pada tahu belum tentang tanda apostrof ? Atau masih ada yang merasa asing? Tidak apa-apa buat sahabat yang masih belum tahu tentang tanda baca ini. Serta sahabat Dunia Sastra juga tidak perlu khawatir karena di bawah ini akan kita bahas mengenai tanda apostrof.

Jadi, tanda apostrof biasa juga disebut dengan tanda penyingkat. Menurut KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) tanda apostrof adalah tanda baca yang dipakai untuk menunjukkan bahwa ada huruf atau angka yang dihilangkan. Sedangkan menurut Oxford English Dictionary, kata apostrof berasal dari bahasa yunani yaitu he apostrophos (prosidia) yang artinya peniadaan bunyi dalam ucapan.

Mungkin sahabat Dunia Sastra sudah sangat sering menemukan tanda apostrof ini, tetapi masih sering bingung dengan fungsi dan tujuan penggunaannya.Benar begitu?

Tanda baca apostrof ini pada umumnya seperti dengan tanda baca lainnya, di mana penggunaannya sudah diatur sesuai dengan kaidah EYD.

Menurut Ejaan yang disempurnakan atau biasa disingkat dengan EYD. Tanda apostrof ini merupakan tanda baca yang menggunakan alfabet lain (tertentu) dengan menunjukkan penghilangan kata atau bagian angka tahun. Penyingkatan tersebut dilakukan dengan cara menghilangkan beberapa bagian suatu kata ataupun tahun. Tanda ini disimbolkan dengan (') yang merupakan penutup tanda petik tunggal, meskipun memiliki fungsi yang berbeda.

Menurut EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) tanda apostrof dapat digunakan seperti berikut ini:
1. Apostrof sebagaiTanda penghilang kata.
    contoh: Dan kini senja pun 'tlah berlabuh di peraduannya. ('tlah:telah)
                 Entah mengapa s'makin hari aku sulit melupakannya. ('Smakin:semakin"
                 Jangan senang dulu karena taruhan ini 'lum selesai. ('lum: belum)
                 Lima belas menit lagi, aku 'kan datang menjemputmu. ('kan:akan)
                 Kalian berdua hanya berteman, 'kan? ('kan:bukan)
                 Aku baru tahu bagaimana penyesalan itu 'stelah dia pergi. ('stelah:setelah)
                 Lagu ini khusus aku persembahkan 'tuk seorang gadis yang spesial malam ini. ('tuk:untuk)
                'Slama ini sebenarnya kamu ke mana saja? ( 'Slama; selama)
                Karena aku tidak akan pernah bisa melupakanmu 'slama-lamanya di hidupku. (slama-                          lamanya:selama-lamanya)
               Karena'Sluruh napas ini hanya untukmu. ( 'Sluruh; seluruh)
             
2. Apostrof sebagai Tanda penghilang angka pada Tahun.
    contoh: Akhirnya terungkap bahwa peristiwa itu sebenarnya terjadi pada tahun '98. (tahun 1998)
                 Sebenarnya dia lahir pada tanggal 8 Januari '08 ('08; 2008)
                 Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun '45. ('45:1945)
                 Pak Herlan bersama dengan keluarganya sudah menetap di Makassar sejak tahun '97.                           ('97:1997)
3. Apostrof sebagai penyingkat dalam bahasa inggris
    contoh: It's a nice day.
                 You're not supposed to be here.
Nah, baiklah sahabat Dunia sastra demikian pembahasan mengenai Tanda Apostrof kali ini.
Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi sahabat semua.
See you next time.

Pentingnya Melakukan Riset


Hai Sahabat Dunia Sastra.
Kembali lagi di blog Dunia Sastra, tentunya dengan pembahasan yang berbeda.

So, kali ini Dunia Sastra akan membahas tentang riset. Mungkin masih ada yang bertanya-tanya riset itu apa sih? Jadi, Riset adalah suatu kegiatan menyelidiki suatu masalah untuk mendapatkan suatu hasil yang diinginkan.

Emang ada hubunganannya riset dengan penulis?
Jelas ada, seorang penulis sebelum menulis hukumnya wajib untuk melakukan riset terlebih dahulu.
Riset bagi seorang penulis sangat penting, karena dengan melakukan riset maka pembaca akan lebih yakin terhadap apa yang sedang dibacanya.

Riset berlaku untuk semua genre. Bahkan,  untuk genre fiksi sekalipun. Kenapa? Karena sefiksi-fiksinya cerita haruslah masuk akal. Dan yang paling penting, dengan melakukan riset maka akan terhindar dari plot hole.

Mungkin di luar sana banyak yang berpendapat bahwa dengan menulis cerita fiksi atau novel, seorang penulis bebas mengarang tentang segala hal dalam cerita yang mereka ciptakan. Namun, sebagai penulis perlu diingat bahwa meskipun cerita yang kita angkat adalah fiksi haruslah tetap masuk akal bagi para pembaca. Mempengaruhi pembaca bahwa cerita itu bisa saja terjadi.

Maka dari itu, seorang penulis sebelum menulis cerita hendaklah terlebih dahulu melakukan riset. Hal ini demi mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan alur cerita agar bisa diterima logika dan sesuai dengan kehidupan nyata.

Nah, sudah tahu 'kan pentingnya riset? Sekarang yang akan kita bahas adalah apa saja sih yang pelu diriset oleh seorang penulis novel.

1. Tokoh
Poin pertama adalah tokoh. Tokoh yang saya maksud di sin adalah tokoh yang kita ciptakan harus benar-benar terasa hidup. Memiliki karakter yang kuat yang berbeda dengan karakter yang lainnya. Dengan begini tokoh yang kita buat bisa menetap di pikiran pembaca karena dianggap berbeda. Menciptakan tokoh yang berbeda bisa dengan menonjolkan apa saja yang disukai dan tidak disukai tokoh tersebut, hobi, dan mungkin trauma yang dimilikinya. Selain itu, untuk memperkuat karakter bisa dilihat dari gaya hidup, pekerjaan, cara berpakaian, dan masih banyak lagi.

2. Latar
Poin kedua yaitu latar. Latar sendiri terbagi dua, yaitu latar waktu dan juga tempat.

Banyak penulis yang mungkin malas melakukan riset sehingga terkadang kita menemukan adanya hal yang tidak masuk akal. Misalnya di cerita dijelaskan jika tokoh tersebut berasal dari Indonesia, bekerja atau kuliah di luar negeri, tetapi menggunakan bahasa Indonesia. Mungkin masuk akal jika dia bertemu dengan orang Indonesia, tapi hal ini tentu saja jelas berbeda apabila temannya orang luar yang sama sekali tidak dijelaskan jika dia mengerti dan paham bahasa Indonesa.

Selain itu, terkadang dalam cerita dijelaskan jika tokoh tersebut sedang berada di jalan dan penulis menyebutkan perjalanan hanya beberapa jam saja dan tidak sesuai fakta, hal ini tentu saja menjadi plot hole dalam cerita. Atau penulis mengambil lokasi di Jakarta, penulis tidak bisa membuat tokoh tersebut berpindah-pindah tempat terlalu banyak dan cepat dalam cerita. Karena seperti yang kita ketahui Jakarta adalah kota yang sangat bersahabat dengan macet, sehingga tidak masuk akal apabila lokasI tersebut saling berjauhan.

3.  Pengalaman
    Menulis sebuah fiksi tidak hanya tentang mengarang. Justru, akan lebih bagus lagi apabila berasal      dari pengalaman.  Sehingga penulis dapat menjelaskan secara detail apa yang pernah dialaminya        dan bisa dikaitkan dengan cerita fiksinya. Jadi, pengalaman di sini berfungsi sebagai sarana                pelengkap dan juga berbagi pengalaman kepada para pembaca.

Nah, itulah pembahasan mengenai riset pada kali ini.
Semoga bermanfaat.

Selasa, 08 Januari 2019

Kaidah Penulisan Kata depan


Halo, guys. Kembali lagi dengan Dunia Sastra.

Jadi kali ini, Dunia Sastra lagi tertarik untuk membahas tentang Kata Depan. Untuk sahabat yang penasaran, silakan simak pembahasan di bawah yah.

Berbicara tentang kata, Sahabat Dunia Sastra sudah tahu enggak sih definisi kata itu apa?
Jadi, kata adalah satuan bahasa terkecil yang bisa berdiri sendiri. Kata sendiri bisa diartikan sebagai unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Atau bisa dikatakan kata adalah suatu unsur yang terdiri dari satu morfem atau lebih yang mengandung suatu makna tertentu.

Tahu enggak kalau gabungan dari beberapa kata itu dapat membentuk frasa, klausa dan kalimat. Mungkin ada yang bertanya nih tentang apa perbedaan ketiganya jika ketiga-tiganya berasal dari gabungan beberapa kata. Untuk menjawab pertanyaan tersebut silakan simak di bawah kita uraikan satu per satu.

Frasa menurut KBBI adalah dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Namun, yang membedakannya dengan klausa dan kalimat adalah Frasa tidak memiliki unsur subjek dan predikat. Serta tidak berpotensi menjadi kalimat, tetapi dapat dijadikan unsur-unsur kalimat, entah itu menjadi subjek, predikat, ataupun unsur kalimat lainnya.

Berbeda dengan frasa, klausa sendiri merupakan kumpulan kata yang bersifat predikatif. Bahkan seringkali sulit dibedakan dengan kalimat yang memiliki perbedaan yang sangat tipis, karena klausa merupakan satuan gramatikal yang memiliki predikat dan berpotensi menjadi kalimat.

Terakhir yaitu Kalimat yaitu satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri. memiliki pola instinasi final yang terdiri dari atas klausa. Suatu kalimat sendiri harus terdiri dari S  dan P. Apabila predikatnya berupaka kata kerja intransitif, maka harus ada objek dalam kalimat tersebut.

Mungkin penjelasan di atas dapat menambah sedikit wawasan untuk Sahabat Dunia Sastra yang masih sulit membedakan ketiganya. Sekarang kembali lagi ke pembahasan awal kita atau inti pembahasan Dunia Sastra kali ini yaitu Kata Depan.

Penulisan kata dalam suatu kalimat sangat penting untuk dipelajari.  Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang penggunaan kata, khsusunya kata depan seperti, di, ke, dan dari. Jadi, simak pembahasan di bawah ini yah.

1. Kata depan 'di'
    a. di + kata kerja = digabung
        contoh: Rambut Angel ditarik oleh Franda.
                     Wajah Iren memerah karena ditampar Angel.
                      Tugas dikerjakan di rumah.

    b. di + keterangan tempat/waktu = dipisah
        contoh: Anak-anak berkumpul di lapangan
                     Dia berangkat ke sekolah di pagi hari.
                     Mereka menghabiskan waktu berdua di taman.
                     Aku merasa bahagia dia selalu berada di sisiku.

2. Kata depan 'ke'
    a. ke + kata kerja = digabung
        contoh: Keluar dari rumahku!
                     Dia kemari bersama dengan seorang lelaki.
                     Kepada hujan kutitipkan rindu.

   b. ke + keterangan tempat/waktu = dipisah
       contoh: Kalian ke lapangan sekarang juga!
                    Vero maju ke depan!
                    Dia mencari kayu ke hutan.
                    Iren menemani Aira ke taman.

3. Kata depan 'dari'
    a. dari + kata kerja = digabung
        contoh: Lebih baik kita berpisah daripada harus tersiksa.
                     Iren lebih pintar daripada Franda

   b. dari + keterangan tempat/waktu = dipisah
       contoh: Botol itu terbuat dari plastik.
                    Berapa jam perjalanan dari Makassar?
                    Dari mana saja kalian?

Nah, itulah materi tentang penulisan kata depan pada pembahasan Dunia Sastra kali ini. 
Semoga bermanfaat.

Senin, 07 Januari 2019

Tanda Baca "Elipsis"



Hai, Sahabat Dunia Sastra.

Dunia Sastra kali ini kembali dengan topik yang berbeda, yang tentunya sangat penting untuk diketahui oleh Sahabat Dunia Sastra semua karena topik yang akan kita bahas tentu saja tidak jauh dari dunia literasi.

Baik, sesuai dengan judul yang tertera di atas, kali ini kita akan membahas mengenai Elipsis. Masih ada yang merasa asing dengan tanda ini? Atau mungkin sering dijumpai tapi tidak tahu jika itu adalah tanda yang dimaksud dengan elipsis?

Darida pembahasan kemana-mana. Buat yang penasaran kita langsung saja yah. Jadi, silakan simak pembahasan di bawah.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tanda baca dalam bahasa Indonesia ada begitu banyak, salah satunya yaitu elipsis yang akan kita bahas kali ini.

Elipsis sendiri merupakan tanda baca yang berupa titik tiga (...)  yang berderetan.

Menurut Pedomaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) tanda ini memiliki dua fungsi, yaitu: menandakan kalimat yang terputus-putus, menjelaskan bahwa dalam suatu kalimat ada bagian yang dihilangkan.

Namun, menurut Wikipedia sendiri, elipsis ini dapat menunjukkan jeda pada pembicaraan, pikiran yang belum selesai, pada akhir kalimat, penurunan volume menuju kesenyapan (aposiopesis). Sehingga, tanda ini lebih sering kita jumpai pada kalimat langsung atau dialog.

Karakteristik elipsis ini dapat dilihat dari

1. Tanda elipsis didahului serta diikuti dengan spasi ( ... ) tentu saja apabila tanda ini berada atau terletak di tengah suatu kalimat atau dialog.
 
2. Tanda elipsis pada akhir kalimat (bukan dialog tag) diikuti tanda titik. Artinya tanda titik ada empat buah, di mana tiga titik pertama merupakan elipsis dan satu titik terakhir merupakan tanda titik untuk mengakhiri kalimat.( .... )

Mungkin ada yang bertanya untuk apa sih kita perlu mengetahui fungsi elispsis ini. Jangan salah Sahabat Dunia Sasta, dengan penggunaan elipsis yang tepat, maka akan menciptakan dialog yang lebih hidup, karena efek jeda yang diberikan. Dengan begitu pembaca akan lebih mudah memahami situasi yang sedang terjadi.

contoh:

1. "Ayo ... kita serang mereka!" teriak pemimpin pasukan

2. "Jangan lupa menjemputku, ya ...." Steven hanya mengangguk tanpa berniat membalas perkataan Aira

3. "Good morning ... oh, belum ada yang datang," gumam Niki saat melihat kelas masih kosong.

4. "Jadi ... selanjutnya kita akan ke mana?" tanya Franda pada Aqsal yang duduk di kursi kemudi.

5. "Entahlah ... aku belum bisa memberitahumu." Iren hanya mengangguk, mencoba mengerti saat mendengar jawaban Franda.


Seperti yang kita lihat di atas, ada lima contoh penggunaan elipsis. Di mana kelima contoh tanda elipsis di atas memiliki emosi yang berbeda sehingga memberikan efek yang berbeda pula bagi pembaca. Bagaimana? lebih terasa 'kan dialognya.

Hal inilah yang harus menjadi salah satu pertimbangan para penulis, dengan memperhatikan penulisan elipsis yang tepat. Karena seperti yang sudah dijelaskan di atas, apabila penulisan elipsis tepat maka akan membuat pembaca lebih mudah memahami situasi yang sedang terjadi.

Meskipun tidak semua penulis menggunakan tanda ini, tapi tidak ada salahnya untuk mempelajari dan mengetahuinya, bukan?

Jadi, semoga dengan pembahasan kita kali ini, Sahabat semua bisa lebih memperhatikan penulisan elipsis yah. Bukannya kita menulis juga agar tulisan kita dapat dinikmati pembaca?

Baiklah. Demikian sedikit penjelasan tentang elipsis kali ini di Dunia Sastra
Semoga bermanfaat untuk sahabat semua.