Rabu, 09 Januari 2019

Pentingnya Melakukan Riset


Hai Sahabat Dunia Sastra.
Kembali lagi di blog Dunia Sastra, tentunya dengan pembahasan yang berbeda.

So, kali ini Dunia Sastra akan membahas tentang riset. Mungkin masih ada yang bertanya-tanya riset itu apa sih? Jadi, Riset adalah suatu kegiatan menyelidiki suatu masalah untuk mendapatkan suatu hasil yang diinginkan.

Emang ada hubunganannya riset dengan penulis?
Jelas ada, seorang penulis sebelum menulis hukumnya wajib untuk melakukan riset terlebih dahulu.
Riset bagi seorang penulis sangat penting, karena dengan melakukan riset maka pembaca akan lebih yakin terhadap apa yang sedang dibacanya.

Riset berlaku untuk semua genre. Bahkan,  untuk genre fiksi sekalipun. Kenapa? Karena sefiksi-fiksinya cerita haruslah masuk akal. Dan yang paling penting, dengan melakukan riset maka akan terhindar dari plot hole.

Mungkin di luar sana banyak yang berpendapat bahwa dengan menulis cerita fiksi atau novel, seorang penulis bebas mengarang tentang segala hal dalam cerita yang mereka ciptakan. Namun, sebagai penulis perlu diingat bahwa meskipun cerita yang kita angkat adalah fiksi haruslah tetap masuk akal bagi para pembaca. Mempengaruhi pembaca bahwa cerita itu bisa saja terjadi.

Maka dari itu, seorang penulis sebelum menulis cerita hendaklah terlebih dahulu melakukan riset. Hal ini demi mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan alur cerita agar bisa diterima logika dan sesuai dengan kehidupan nyata.

Nah, sudah tahu 'kan pentingnya riset? Sekarang yang akan kita bahas adalah apa saja sih yang pelu diriset oleh seorang penulis novel.

1. Tokoh
Poin pertama adalah tokoh. Tokoh yang saya maksud di sin adalah tokoh yang kita ciptakan harus benar-benar terasa hidup. Memiliki karakter yang kuat yang berbeda dengan karakter yang lainnya. Dengan begini tokoh yang kita buat bisa menetap di pikiran pembaca karena dianggap berbeda. Menciptakan tokoh yang berbeda bisa dengan menonjolkan apa saja yang disukai dan tidak disukai tokoh tersebut, hobi, dan mungkin trauma yang dimilikinya. Selain itu, untuk memperkuat karakter bisa dilihat dari gaya hidup, pekerjaan, cara berpakaian, dan masih banyak lagi.

2. Latar
Poin kedua yaitu latar. Latar sendiri terbagi dua, yaitu latar waktu dan juga tempat.

Banyak penulis yang mungkin malas melakukan riset sehingga terkadang kita menemukan adanya hal yang tidak masuk akal. Misalnya di cerita dijelaskan jika tokoh tersebut berasal dari Indonesia, bekerja atau kuliah di luar negeri, tetapi menggunakan bahasa Indonesia. Mungkin masuk akal jika dia bertemu dengan orang Indonesia, tapi hal ini tentu saja jelas berbeda apabila temannya orang luar yang sama sekali tidak dijelaskan jika dia mengerti dan paham bahasa Indonesa.

Selain itu, terkadang dalam cerita dijelaskan jika tokoh tersebut sedang berada di jalan dan penulis menyebutkan perjalanan hanya beberapa jam saja dan tidak sesuai fakta, hal ini tentu saja menjadi plot hole dalam cerita. Atau penulis mengambil lokasi di Jakarta, penulis tidak bisa membuat tokoh tersebut berpindah-pindah tempat terlalu banyak dan cepat dalam cerita. Karena seperti yang kita ketahui Jakarta adalah kota yang sangat bersahabat dengan macet, sehingga tidak masuk akal apabila lokasI tersebut saling berjauhan.

3.  Pengalaman
    Menulis sebuah fiksi tidak hanya tentang mengarang. Justru, akan lebih bagus lagi apabila berasal      dari pengalaman.  Sehingga penulis dapat menjelaskan secara detail apa yang pernah dialaminya        dan bisa dikaitkan dengan cerita fiksinya. Jadi, pengalaman di sini berfungsi sebagai sarana                pelengkap dan juga berbagi pengalaman kepada para pembaca.

Nah, itulah pembahasan mengenai riset pada kali ini.
Semoga bermanfaat.

2 Komentar:

Pada 17 Januari 2019 pukul 19.31 , Anonymous Nayundha MAP mengatakan...

Terima kasih informasinya :)

 
Pada 22 Januari 2019 pukul 21.12 , Anonymous Satri Ani mengatakan...

Sama-sama,Kak.Semoga bermanfaat🙏🙏🙏

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda